The Smartest Diva In The Room

Mariah Carey melihat semua meme tentangnya di internet. Ia membaca semua DM. Ia tahu bahwa yang orang-orang inginkan untuk Natal adalah dirinya. Sang ikon hadir di sini untuk mengingatkan tentang apa yang dibutuhkan agar bisa mengenakan mahkota selayaknya diva — dan mengapa ia tak akan menyerahkan mahkotanya begitu saja.

Cosmopolitan Magazine
Magazine Scans
Cosmopolitan Magazine by Jason Kim
Photos by Jason Kim
Cosmopolitan (ID) October 2019. Text by Jessica Herndon. Translation by Givania Diwiya / FT. Photography by Jason Kim.

Sekarang pukul 10 malam di hari Minggu, Cosmo dan sang diva duduk berbincang di sebuah kamar privat dalam salah satu hotel paling luks di Dublin. Ia melepaskan stiletto Valentino — seseorang membantu merapikannya — lalu ia bersabar menanti seseorang yang lain memberikannya kudapan. Yang baru ia konsumsi sejak bangun pagi tadi hanyalah satu shake berprotein serta beberapa psyllium, sebuah suplemen fiber.

Salah satu asistennya datang dengan sepiring charcuterie, buah zaitun, dan sebotol wine. Kami bersulang. Mariah minum dengan pinkie mengarah ke udara, dengan cincin kupu-kupu berlian di tangan kanannya yang berkilau (ada juga satu di tangan kirinya). Ia meluruskan kaki ke kursi ottoman velvet. Pasti sangat melelahkan menialani tur dunia ini. Bukan hanya tur internasional, ya, melainkan tur global.

Setelah beberapa teguk, Mariah tampak tak puas. “Rasanya tak enak,” vjarnya, sambil mengembalikan wine tersebut seraya meminta maaf. Banyak orang, termasuk dirinya sendiri, akan bilang bahwa Mariah lebih dari berhak untuk meminta apa pun yang ia inginkan. Ia adalah wanita yang masuk ke bisnis musik ini lebih dari tiga dekade silam, memecahkan banyak rekor, dan hingga hari ini, masih memproduksi lagu yang menduduki peringkat satu Billboard Hot 100 dalam sejarah musisi wanita.

Ia adalah wanita yang mendominasi seluruh era 90an. Hanya dengan mendengarkan satu not saja dari “Vision of Love,” “Always Be My Baby,” “Hero,” “Honey,” “Heartbreaker,” sudah bisa mengirim balik para milenial senior ke zaman keemasan platform Steve Madden, katalog Delia*s, dan tontonan maraton My So Called Life.

Ia adalah wanita yang terus berkarya — dan bahkan tak perlu menciptakan citra dirinya. Hanya ada satu Mariah di dunia ini, dan ia tampak tak menua sama sekali (literally ageless, bahkan internet tak tahu pasti berapa usianya sekarang.) Malahan, ia tetar relevan dalam dunia modern hari ini.

Ambil contoh dari meme-nya yang paling terkenal — “I don't know her” — yang klasik tapi juga masih merepresentasikan Mariah versi sekarang. Meme itu adalah saat ia ditanya oleh pewawancara dari German TV tentang opininya terhadap sang rival musik Jennifer Lopez. Mariah menggelenakan kepalanya dan membalas, “I don't know her.” Bertahun-tahun kemudian saat budaya meme meledak, ia pun lantas meniadi ratu internet.

Bayangkan saja, dunia tetap memuja sang ikon berkat aksinya yang tampak tak berniat hilang dari peredaran. Di dunia ini, Mariah akan selalu menjadi ikon. “Orang-orang tidak tahu apa yang saya alami saat kecil bahkan sampai menjadi perempuan usia 18 tahun dengan kontrak untuk rekaman,” ujarnya. “Ini jauh sebelum orang-orang bisa masuk YouTube dan bernyanyi di depan kamera.”

Mariah besar di Long Island, di luar New York City. Ia bercerita tentang dirinya yang merupakan biras — campuran Afrika-Amerika, Venezuela, dan Irlandia — dengan orangua yang bercerai serta kondisi finansial yang menantang. Saat itu, “Orang-orang tidak mengerti siapa saya, identitas saya, etnis saya, karena kelvarga saya tidak punya uang.”

Masa kecilnya yang berkerikil adalah salah satu alasan mengapa ia sangat suka Natal. “Saat masih kecil, saya selalu berharap Hari Natal yang megah, tapi keluarga saya tak pernah memilikinya,” kenangnya. “Kakak-kakak saya akan mengunjungi di mana pun saya berada dengan ibu, lalu mereka akan bertengkar dan merusak hari libur ini. Lalu saya hanya akan bilang, kalian tahu? Aku hanya ingin menikmati masa-masa terbaik ini.” (Akhirnya ia bisa memiliki masa liburan terbaik tersebut. Tahun ini menandai hari jadi yang ke-25 dari “All I Want for Christmas Is You,” lagu terpopuler untuk hari raya di sejarah dunia modern — dikabarkan bahwa Mariah mendapat keuntungan lebih dari USD60 juta — dan sekarang ia mencurahkan segenap hatinya untuk masa-masa libur dan hari raya untuk anak-anaknya. “Kini saya melakukan semua yang saya inginkan semasa kecil.”)

Semasa remaja, Mariah bekeria sebagai pelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menghabiskan waktu luangnya menulis lagu. Setelah mencoba merekam demo, ia berhasil masuk ke dalam naungan bos Sony Music, Tommy Mottola. Raksasa dalam industri musik ini — Tommy telah bekerja sama dengan Michael Jackson dan Celine Dion — membawa Mariah yang masih sangat muda dalam sayapnya. Hubungan mereka lantas berubah romantis, meski dengan selisih usia 20 tahun, keduanya pun menikah setelah Mariah merilis album debut, yang tak butuh waktu lama hingga meniadi album paling laris terival di tahun 1991.

“Anda mungkin membayangkan seorang pengantin wanita yang di bawah umur,” ujarnya. “Dahulu ada upaya-upaya yang diarahkan untuk menjaga saya tetap beridentitas Amerika, apa pun artinya itu. Semvanya dikontrol. Tak ada kebebasan bagi saya sebagai manusia. Rasanya seperti dalam penjara.” Tommy kemudian menyebut hubungan tersebut “salah dan tak pantas” dan mereka berpisah setelah delapan tahun menjalin hubungan.

Namun dengan segala yang teriadi, Mariah mampu menghasilkan enam album yang menduduki peringkat satu tangga lagu, dan 18 single nomor satu (banyak karya tersebut yang ia ikut tulis sendiri), memenangkan lima Grammy, dan mendominasi dunia musik dengan range vokal lima oktaf yang langka. Apakah ada kegagalan yang dialami? Tentu. Ada performa saat Tahun Baru 2016 di mana earpiece miliknya rusak dan ia menolak untuk bernyanyi dengan backup track. Penonton awam mungkin akan mengasumsikan Mariah “ribet” atau lebih buruknya lagi, menganggap bahwa Mariah selama ini lip-synch.

“Jika orang-orang berpikir bahwa itu hal terburuk yang pernah teriadi pada saya, mereka pasti tidak mempelajari karier saya dengan baik,” vjarnya. “Setelah semua yang saya alami, siapa yang peduli jika monitor saya rusak, atau saya jatuh karena tali panggung yang longgar? Hal-hal seperti itu teriadi dan sudahlah. Penggemar sejati saya tetap mendukung saya, dan orang lain pun pasti akan melupakan hal-hal itu.“

Sebenarnya, orang-orang pasti menyukainya — atau senang untuk membencinya — terutama secara online. Dan jangan kira bahwa Mariah tidak tahu apa-apa. Setelah melahirkan anak kembar dengan mantan suami Nick Cannon di tahun 2011, ia segera melabeli #DemBabies jauh sebelum brand bagi anak-anak selebriti menjadi hal populer. Saat ia mengalami dislokasi bahu tahun 2013, a tampil di hadapan paparazzi mengenakan sing memesona. Sebelum meluncurkan pidato penerimaan Icon Award pada Billboard Music Awards bulan Mei lalu, Mariah menarik tisu dari bra, mengusap hidungnya, dan membuangnya. Media sosial menggila. (“Hal itu tidak direncanakan,” ia mengonfirmasinya, dengan rambut yang ditebah dan bahu yang ia angkat sedikit.)

Tapi satu hal: tidak ada orang lain yang bisa membuat aksinya viral seperti yang Mariah lakukan. Sepanjang momen menyantap kudapan dan meminum wine kami, Mariah tidak pernah secara langsung menyebutkan para kompetitornya — tapi ia punya cara untuk membuka obrolan tentang itu.

Dalam topik penulisan lagu: “Banyak musisi yang bilang bahwa mereka menulis karyanya, tapi mereka tak sungguh-sungguh menulisnya. Saya tidak berniat menyinggung siapa pun. Itu hanya pengamatan saya saja.”

Perihal video musik: “Sekarang tak ada yang memproduksi video senilai USD2 juta lagi. Setiap orang bisa menciptakan video sekarang.”

Tentang preferensinya terhadap pria (ia kini sedang mengencani mantan penari latarnya, Bryan Tanaka): “Saya tidak punya pengalaman banyak tentang hal itu, tapi hubungan saya beragam. Saya hanya pernah menjalin hubungan dengan lima orang sepanjang hidup saya, jadi sejujurnya saya cukup pemalu jika dibandingkan dengan orang lainnya di bidang yang sama.”

Di satu poin, Mariah berdiri dan menjalankan tangannya menyusuri garis tubuhnya. “Tidak ada apa pun di sini selain dress rajut ini,” ujarnya. Maksudnya dengan ‘tidak ada apa pun’ adalah ia tidak mengenakan pakaian dalam yang dirancang untuk menekan tubuh agar tampak lebih kurus.

Setengah jalan dalam perbincangan yang juicy ini, Cosmo terpikir: jawaban-jawaban Mariah tak hanya mudah ditangkap. Sebagian besar dari yang ia katakan bisa jadi meme dan headline yang tiada akhir. Ia sangat pintar membangun hal ini dalam wawancara agar setiap jawabannya berpotensi untuk dipublikasikan terus menerus.

Seperti yang satu ini: saat kami membicarakan skin care, ia mengekspos close-up pipinya yang tampak sempurna. Cosmo hampir tak bernapas — inikah sisi wajahnya yang rumornya selalu ia anjurkan pada fotografer untuk potret? “Anda bisa memuji pipi saya ini kapan pun Anda ingin.”