Banyak yang bilang Mariah suka bertingkah seperti primadona — sombong dan sok kondang. Tapi ternyata tidak benar tuh! Di balik nama besarnya dia tidak jauh beda sama kamu: masih suka bingung soal cowok, kadang khawatir sama omongan orang tentang dirinya, dan cinta banget sama sepatu! Yang beda adalah dia sudah menghasilkan banyak album hits dan baru merilis film barunya, Glitter. Wow, pastinya dia super sibuk ya! Coba bayangkan, dia harus melayani jutaan wawancara, belum lagi shooting video klip, menghadiri berbagai macam undangan pesta dan menjalani kehidupan pribadinya. Wah… kapan dia tidur? Kalau dipikir-pikir, pasti capek jadi Mariah. Tapi semua itu dihadapinya dengan senyum. Well, dia memang pantas mendapatkan segalanya. Simak obrolan Atoosa Rubenstein, pemred CG! Amerika dengan Mariah berikut ini.
Kapan kamu mulai punya keinginan untuk jadi bintang?
Waktu umur 5 tahun.
Kamu dapat inspirasi dari mana?
Saya nge-fans sama film I Dream of Jeannie dan kepengen banget jadi genie. Seru kan, kalau bisa magic, seperti Barbara Eden. Waktu itu saya enggak tahu bahwa dia aktris. Sewaktu sadar genie itu bohongan, saya langsung ingin jadi penyanyi. Kelebihan saya adalah selalu mengekspresikan diri lewat musik. Jadi saya bersyukur punya bakat di bidang musik. Kalau enggak, wah saya enggak tahu deh sekarang jadi apa.
Dulu banyak yang tidak yakin sama bakatmu. Gimana caranya kamu meyakinkan diri sendiri?
Ibu yang bikin saya percaya sama diri sendiri. Saya dikasih nama Mariah yang menurut beliau bagus untuk nama panggung. Dan sejak saya kecil ibu selalu berkata, “Jangan bilang kalau saya sukses, tapi waktu saya sukses nanti.” Beliau satu-satunya orang yang mendukung apapun pilihan saya.
Pasti di high school kamu aktif di paduan suara ya?
Enggak tuh. Waktu kelas enam SD, berkat guru nyanyi saya yang cool banget saya terpilih jadi tokoh Maria di The Sound of Music. Saya juga sering diminta memimpin paduan suara. Tapi akhirnya saya berhenti gara-gara gagal dapat peran yang saya inginkan di Oliver.
Kamu dikenal sebagai “si cewek bersuara emas” dong?
Waktu di high school enggak ada yang tahu saya bisa nyanyi karena saya enggak pernah bilang. Percaya sama diri sendiri dan punya bakat musik adalah rahasia saya saat itu.
Suara kamu sudah bagus dari dulu ya?
Enggak kok. Jujur saja nih, waktu saya berhenti merokok, suara saya naik dua oktaf.
Tuh dengar, girls. No smoking!
Dulu saya merokok dari umur 12 sampai 18. Suara saya jadi rusak, saya selalu sakit flu dan rokok bikin rambut saya bau! Terus saya janji sama diri sendiri kalau suara saya bisa kembali seperti semula, saya enggak akan merokok lagi. Saya sadar bahwa merokok bukan hal yang penting dalam hidup dan enggak ada gunanya. Akhirnya saya berhenti, deh.
Jadi di sekolah enggak ada yang tahu kamu pintar nyanyi? Mereka cuma tahu kamu cantik, cool, asyik diajak gaul…
Ah saya enggak merasa cantik kok — biasa-biasa saja. Kebetulan saya punya trik untuk bikin penampilan lebih oke.
Apa kamu pernah diejek teman-temanmu karena kamu berasal dari dua ras yang berbeda?
Saya masih ingat waktu di TK. Ceritanya saya lagi bikin gambar keluarga saya. Guru saya ketawa waktu melihat saya gambar ayah pakai crayon warna coklat (ayah Mariah orang kulit hitam — red). Pokoknya saya enggak bisa lupa deh. Hal-hal kecil seperti itu bikin saya merasa enggak nyaman. Apalagi ibu saya dijauhi keluarganya karena menikah dengan ayah. Dengan keadaan seperti itu, bisa kamu bayangkan bagaimana perasaan saya sebagai hasil pernikahan antar ras.
Selama di high school pernah enggak kamu dikata-katain?
Di depan saya sih enggak pernah, karena saya pasti akan marah dan ngajak berantem. Begitu cara saya melindungi diri sendiri.
Saya jualan t-shirt di bar karena sava masih terlalu muda dan enggak punya bakat jadi waitress. Lalu selama setahun lebih saya tinggal bareng teman saya di pinggiran kota Manhattan. Tempatnya kecil banget! Disana saya punya poster dan buku-buku Marilyn Monroe, buku kumpulan lirik lagu, kartu dari teman-teman, sebuah kasur dan saya cuma punya tiga potong baju!
Bagaimana perasaan kamu waktu itu?
Walaupun capek karena baru pulang kerja jam 7 pagi, saya tetap merasa bersyukur.
Kamu enggak pernah mengeluh?
Enggak tuh. Tahu enggak? Waktu itu saya punya sepasang sepatu boots hitam yang sudah berlubang! Sebenarnya sepatu itu punya ibu dan agak kekecilan buat saya. Gara-gara selalu dipakai untuk kerja, sepatu itu jadi tambah rusak. Terus saya dibelikan sepatu keds sama kakak. Tapi karena kaki saya besar (ukuran sepatu saya 9 ½), sepatu itu bikin kaki saya kelihatan makin besar. Akhirnya saya lebih memilih pakai sepatu yang boots walaupun sudah jelek banget. Sekarang saya punya satu lemari penuh sepatu. Mungkin karena dulu saya enggak punya sepatu ya.
Lalu apa sih yang kamu lakukan begitu tahu bahwa kamu penyanyi termahal di dunia?
Saat itu saya lagi ada di atas kapal di Puerto Rico bersama orang-orang terdekat saya. Mereka itu teman-teman yang selalu mendukung saya. Kita lagi dengerin lagu Butterfly yang baru saja saya buat. Waktu lagi lihat kembang api sambil ngobrol sama teman-teman, tiba-tiba ada telepon dari manajer saya. Dia bilang, “Kontraknya oke!” Kita langsung loncat ke laut saking senangnya. Benar-benar saat yang enggak terlupakan.
Wah, kedengarannya seru banget! Gimana rasanya jadi terkenal? Seperti yang kamu bayangkan enggak?
Dulu saya pikir kalau kita jadi terkenal berarti kita beda sama orang lain. Seperti punya geng yang eksklusif — kita punya rahasia dan cuma kita saja yang boleh tahu.
Tapi ternyata enggak begitu. Saya masih tetap sama seperti dulu. Memang di satu sisi saya merasa lebih senang, tapi di sisi lain saya juga merasakan ada enggak enaknya. Seperti waktu di high school saja — semua ada baik dan buruknya. Tapi sekarang rasanya lebih baik karena saya lebih bisa membuka diri.
Musik kamu sekarang agak lain ya, enggak sesedih dulu. Apa karena kamu lebih bahagia?
Ah kadang-kadang saya masih suka sedih kok.
Pasti susah ya selalu diperhatikan orang. Apa kamu merasa terganggu dengan macam-macam gosip tentang kamu?
Selalu saja ada gosip yang beredar di tabloid-tabloid, tapi saya enggak menganggapnya serius. Saya sadar ini resiko pekerjaan. Dulu waktu baru mulai ngetop penampilan saya memang lebih konservatif. Kalau sekarang saya berpakaian sedikit terbuka bukan berarti saya cewek murahan kan? Saya sudah enggak terlalu peduli sama apa kata orang. Yang penting saya selalu berusaha melakukan yang terbaik.
Kamu benar-benar jadi dirimu sendiri ya.
Iya, saya harus berpikir seperti itu sekarang. Saya harus percaya sama diri sendiri. Kalau enggak, saya enggak akan bisa sukses. Penggemar saya pasti mengerti. Makanya saya mengangga mereka seperti keluarga sendiri. Walaupun mereka enggak kenal saya secara pribadi, mereka menerima saya apa adanya.
Wah, CG! kan fans-nya Mariah juga. Berarti kita kita keluarga dong!